Aspek Kelestarian

Kelola Lingkungan
Dasar kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan PT. WKS yaitu berdasarkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Dokumen AMDAL yang telah disetujui sesuai Kepgub Jambi No. 78 Tahun 2005 tanggal 21 April 2005, tentang Penggabungan dan Tambahan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan PBPH PT WKS.

 

1. Pengelolaan Kawasan Lindung
PT Wirakarya Sakti dengan areal pengelolaan seluas ±290.378 ha Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.57/Menlhk/Setjen/HPL.0/1/2018 tanggal 26 januari 2018 telah mengalokasikan kawasan lindung seluas 109.462 ha (37,70 %). Penetapan areal konservasi ini tidak hanya untuk memenuhi ketentuan tata ruang areal hutan tanaman sebesar 10%, namun disesuaikan pula dengan kaidah-kaidah penetapan areal konservasi sesuai standar Deliniasi Mikro. Hal ini yang menyebabkan adanya perkembangan luasan kawasan lindung mulai dari AMDAL sampai dengan penetapan tata ruang berdasarkan RKUPHHK terakhir.

 

2. Pengelolaan dan Pemantauan Flora dan Fauna
Pada areal kawasan lindung terdapat sejumlah jenis flora dan fauna yang tersebar di sekitar areal berhutan. Diatara flora dan fauna tersebut teridentifikasi jenis-jenis yang dilindungi berdasarkan CITES, IUCN serta peraturan lokal yang mengaturnya.

 

Kegiatan identifikasi fauna yang dilakukan meliputi identifikasi satwa liar baik status dilindungi maupun tidak dilindungi dan jenis-jenis satwa liar yang dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik. Teknik pengamatan satwa liar yang digunakan adalah teknik inventarisasi dengan metode pengamatan langsung (metode sistem jalur/jalur transek) dan metode pengamatan tidak langsung (pendugaan populasi berdasarkan jejak, bau dan suara serta tanda-tanda lain yang menunjukkan keberadaan satwa) serta wawancara dengan karyawan dan masyarakat sekitarnya.

 

Berdasarkan hasil identifikasi flora atas kerjasama PT. WKS dengan Universitas Jambi (UNJA) pada tahun 2017, terdata 154 jenis dari 38 famili atau suku teridentifikasi pada stadia pohon. Secara umum Kawasan lindung PT. Wirakarya Sakti tergolong baik kondisi ekologinya, ditandai dengan dijumpainya jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae mencapai 11 jenis. Suku dengan jumlah jenis cukup banyak lainnya yaiitu famili Moraceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Euphorbiaceae. Hasil penelitian Purwanto et al. (2003) di kawasan lindung PT. Wirakarya Sakti juga menunjukkan bahwa bahwa famili Myrtaceae termasuk salah satu famili atau suku yang mendominasi. Suku Euphorbiaceae juga termasuk suku yang memiliki jumlah jenis yang paling banyak dbandingkan suku lainnya. Hal ini karena selain jumlah jenisnya banyak Euphorbiaceae termasuk suku yang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan toleran terhadap segala macam kondisi.

 

Mengacu pada hasil pelaksanaan inventarisasi flora dan fauna yang telah dilaksanakan pada areal PT WKS bekerjasama denga Universitas Jambi (UNJA) (2017), diketahui bahwa beberapa vegetasi alam yang tumbuh masuk dalam katagori terancam punah, rentan dan bahaya (masuk dalam daftar merah IUCN), merupakan spesies endemik, spesies dilindungi sesuai dengan PP No. 7 Tahun 1999 dan masuk dalam daftar CITES. Data mengenai vegetasi alam yang berada di areal PBPH PT. WKS disajikan pada Tabel berikut

 

Tabel daftar satwa yang dilindungi yang berada di areal Kerja PT. WKS berdasarkan status perlindungan jenis fauna (PP 7/1999, CITES dan Redlist IUCN).

 

1. Daftar Jenis Mamalia

No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

PermenLHK No.106/2018

IUCN

CITES

Felidae

1

Macan Dahan

Neofelis diardi sumatrensis

Dilindungi

Endangered C2a(i) ver 3.1

Appendix II

2

Macan Akar

Prionailurus bengalensis

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

Appendix I

3

Harimau sumatera

Panthera tigris sumatrae

Dilindungi

Critically Endangered C2a(i) ver 3.1

Appendix I

Viverridae

4

Musang

Paradoxurus hermaphroditus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

Appendix III

Ursidae

5

Beruang madu

Helarctos malayanus

Dilindungi

Vulnerable A2cd+3cd+4cd ver 3.1

Appendix I

Hystricide

6

Landak

Hystrix brachyura

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Tapiridae

7

Tapir/ Tenuk

Tapirus indicus

Dilindungi

Endangered A2bcd+3bcd; C1 ver 3.1

Appendix I

Elephantidae

8

Gajah sumatera

Elephas maximus ssp. sumatranus

Dilindungi

Critically Endangered A2c ver 3.1

Appendix I

Suidae

9

Babi hutan

Sus scrofa

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Cervidae

10

Rusa sambar

Rusa unicolor

Dilindungi

Vulnerable A2cd+3cd+4cd ver 3.1

-

 

11

Kijang muncak

Muntiacus muntjak

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

 

Tragulidae

12

Kancil kecil

Tragulus kanchil

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

13

Pelanduk napu

Tragulus napu

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Cercopithecidae

14

Lutung simpai

Presbytis melalophos

Dilindungi

Endangered A2cd ver 3.1

-

15

Beruk

Macaca nemestrina

Tdk Dilindungi

Vulnerable A2cd ver 3.1

-

16

Monyet ekor panjang

Macaca fascicularis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Hylobatidae

17

Owa ungko

Hylobates agilis

Dilindungi

Endangered A2cd ver 3.1

Appendix I

  Mustelidae

18

Berang-berang

Lutra sumatrana

Dilindungi

Endangered A2cde ver 3.1

Appendix II

Tupaidae

19

Tupai

Tupaia glis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Sciuridae

20

Jelarang

Ratufa bicolor

Tdk Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

Appendix II

21

Bajing

Callosciurus prevostii

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

22

Tando atau Tupai terbang

Petaurista petaurista

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Mephitidae

23

Sigung atau telegu

Mydaus javanensis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Muridae

24

Tikus pohon

Rattus tiomanicus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Lorisidae

25

Kukang

Nycticebus coucang

Dilindungi

Vulnerable A2cd ver 3.1

Appendix I

Insectivora-Manidae

26

Trenggiling

Manis javanica

Dilindungi

Critically Endangered A2d+3d+4d ver 3.1

Appendix II

Source : Laporan Inventarisasi Fauna Di Kawasan Lindung PT.WKS (UNJA, 2021)

 

2. Daftar Jenis Aves

No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

PermenLHK No.106/2018

IUCN

CITES

Accipitridae

1

Elang

Elanus caeruleus

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Strigidae

2

Burung Hantu

Bubo sumatranus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

3

Enggang

Ninox scutulata

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Bucerotidae

4

Rangkong

Buceros rhinoceros

Dilindungi

Vulnerable A3cd+4cd

ver 3.1

Appendix II

Corvidae

5

Gagak

Corvus corax

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Muscicapidae

6

Kucica hutan

Kittacincla malabarica

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

7

Murai Hutan

Saxicola torquatus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

8

Kucica Ekor Kuning

Trichixos pyrropygus

Tdk Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

-

9

Seriwang asia

Terpsiphone paradisi

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Laniidae

10

Bentet kelabu

Lanius schach

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Sturnidae

11

Beo tiong mas

Gracula reliogosa

Dilindungi

Least Concern ver 3.1

Appendix II

Irinidae

12

Kecembang gadung

Irena puella

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Alcedinidae

13

Bintik

Alcedo meninting

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

14

Cekakak belukar

Halcyon smyrnensis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

15

Cekakak hutan melayu

Actenoides concretus

Dilindungi

Near Threatened A2c+3c+4c

ver 3.1

-

16

Cekakak sungai

Todirhamphus chloris

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Merpidae

17

Cirik Biru

Merops viridis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Capitonidae

18

Takur

Psilopogon rafflesii

Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

-

Picidae

19

Pelatuk

Micropternus brachyurus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Eurylaimidae

20

Sempur hujan darat

Eurylaimus ochromalus

Tdk Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

-

Campephagidae

21

Jingjing pentulak

Tephrodornis gularis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

22

Sepah tulin

Pericrocotu igneus

Tdk Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

-

Timalidae

23

Pelanduk ekor pendek

Malacocincla malaccensis

Tdk Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

-

24

Asi kumis

Malacopteron magnirostre

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

25

Tepus tunggir merah

Stachyris erythroptera

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

26

Ciung

Myophonus glaucinus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Hirundinidae

27

Layang-layang rumah

Delichon dasypus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

28

Layang-Layang api

Hirundo rustica

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

Columbidae

29

Balam

Spilopelia chinensis

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

30

Perkutut

Geopelia striata

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

31

Punai

Treron vernans

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

 

Phasianidae

33

Ayam hutan merah

Gallus gallus

Tdk Dilindungi

Least Concern ver 3.1

-

34

Betet biasa

Psittacula alexandri

Dilindungi

Near Threatened ver 3.1

Appendix II

Source : Laporan Inventarisasi Keanekaragaman Fauna Di Kawasan Lindung PT.WKS (UNJA, 2021)

 

3. Daftar Jenis Reptil

No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Jumlah

1

Biawak

Varanus rudicollis

3

2

Kadal

 

31

3

Ular sanca

Phyton reticulatus

6

4

Ular sawo

 

1

5

Ular Kobra

Naja Sumatranus

1

6

Ular hijau

 

1

7

Ular punai

 

1

8

Ular tiung

 

1

9

Bunglon

 

2

10

Ular lidi

 

1

11

Ular kubut/kadut

 

1

 

4. Daftar Jenis Vegetasi

No

Nama jenis

Nama latin

Famili

IUCN

CITES

PERMEN LHK No. 106/2018

Endemik

1.         

Antui

Polyalthia sp.1

Annonaceae

-

-

-

-

2.         

Antui gunung

Polyalthia sp.2

Annonaceae

-

-

-

-

3.         

Antui putih

Goniothalamus macrophilus

Annonaceae

-

-

-

-

4.         

Arang-arang

Diospyros sp1.

Ebenaceae

-

-

-

-

5.         

Aras

-

-

-

-

-

-

6.         

Aro bumbung

Ficus hispida

Moracea

-

-

-

-

7.         

Asam kandis

Garcinia atroviridis

Clusiaceae

-

-

-

-

8.         

Badaro

Dimocarpus longan

Sapindaceae

Lower Risk

-

-

-

9.         

Balam

Palaquium sp1.

Sapotaceae

-

-

-

-

10.      

Balam inai

Palaquium sp3

Sapotaceae

-

-

-

-

11.      

Balam kapur

Palaquium sp2

Sapotaceae

-

-

-

-

12.      

Balam merah

Palaquium gutta

Sapotaceae

Near Threatened A2c ver 3.1

-

-

-

13.      

Balam sawo

Payena lerii

Sapotaceae

-

-

-

-

14.      

Balam terong

Palaquium confertum

Sapotaceae

-

-

-

-

15.      

Balam tulo

Helicia sp.

Proteaceae

Vulnerable

-

-

-

16.      

Bangkinang

Elaeocarpus sp.2

Elaeocarpaceae

-

-

-

-

17.      

Bayur

Pterospermum sp.

Sterculiaceae

-

-

-

-

18.      

Bekil

Artocarpus sp.3

Moraceae

-

-

-

-

19.      

Bintangur

Calophylium inophylium

Clusiaceae

Least concern-

-

-

-

20.      

Berangan babi

Lithocarpus gracilis

Fagaceae

Least Concern ver 3.1

-

-

-

21.      

Berangan landak

Castanopsis argantea

Fagaceae

Endangered A2c ver 3.1

-

-

-

22.      

Bernai

Antidesma sp

Phyllanthaceae

-

-

-

-

23.      

Berumbung

Pertusadina multifolia

Rubiaceae

-

-

-

-

24.      

Bulian

Eusideroxylon zwageri

Lauraceae

Vulnerable A1cd+2c ver 2.3

 

 

 

25.      

Bacang hutan

Manggifera foetida

Anacardiaceae

Least concern-

-

-

-

26.      

Bunot

Ficus glauca

Moraceae

-

-

-

-

27.      

Cempedak air

Artocarpus kemando

Moraceae

-

-

-

-

28.      

Cempedak

Artocarpus sp1-2

Moraceae

-

-

-

-

29.      

Duren mas/ Duren hantu

Durio carinatus

Bombacaceae

-

-

-

-

30.      

Durian daun

Durio oxleyanus

Bombacaceae

-

-

-

-

31.      

Gamat

Elaeocarpus serratus

Elaeocarpaceae

-

-

-

-

32.      

Gamat lanang

Elaeocarpus sp.1

Elaeocarpaceae

-

-

-

-

33.      

Gerisil

Ochanostachys sp.

Olataceae

-

-

-

-

34.      

Geronggang

Cratoxylon arborescens

Hypericaceae

-

-

-

-

35.      

Gerunjing/Jerunjing

Ochanostachys sp

Olacaceae

-

-

-

-

36.      

Jambu Air

Eugenia sp2.

Myrtaceae

-

-

-

-

37.      

Jangkang

Xylopia malayana

Annonaceae

-

-

-

-

38.      

Jelutung

Dyera costulata

Apocynaceae

Lower Risk/least concern ver 2.3

-

-

-

39.      

Jelutung rawa

Dyera lowii

Apocynaceae

-

-

-

-

40.      

Jentik

Baccaurea sp.

Phyllanthaceae

-

-

-

-

41.      

Kabau

Archidendron microcarpum

Fabaceae

-

-

-

Endemik (Sumatera)

42.      

Kacang-kacang

Strombosia javanica

Olataceae

-

-

-

-

43.      

Kapuk

Gossampinus malabarica

Bombacaceae

-

-

-

-

44.      

Kapur

Dryobalanops lanceolata

Dipterocarpaceae

 

-

-

-

45.      

Kasai hutan

Pometia pinnata

Sapindaceae

-

-

-

-

46.      

Kayu aro

Ficus sumatrana

Moraceae

-

-

-

-

47.      

Kayu batu

Ctenolophon parvifolius

Ctenophonaceae

-

-

-

-

48.      

Kayu bulan

   

-

-

-

-

49.      

kayu cabe

   

-

-

-

-

50.      

Kayu ribu-ribu

Anissophyllea disticha

Anissophylleaceae

Last concern

-

-

-

51.      

Kayu kijang

Irvingia malayana

Irvingiaceae

Lower Risk/least concern ver 2.3

-

-

-

52.      

Kayu menyan

Styrax sumatrana

Stiraceae

-

-

-

Endemik (sumatera)

53.      

Kayu paku

Diospyros sp.

Ebenaceae

-

-

-

-

54.      

Kayu sapu

   

-

-

-

-

55.      

Kedemai

Quercus sp.

Fagaceae

-

-

-

-

56.      

Kedondong

Dysoxylum sp.

Meliaceae

-

-

-

-

57.      

Kedondong

Santiria sp.

Burseraceae

-

-

-

-

58.      

Kelat

Syzygium sp.

Myrtaceae

-

-

-

-

59.      

Kelat jambu

Eugenia sp4.

Myrtaceae

-

-

-

-

60.      

Kelat jantung

Eugenia sp5

Myrtaceae

-

-

-

-

61.      

Kelat lapis

Syzygium sp2.

Myrtaceae

-

-

-

-

62.      

Kelat merah

Syzygium sp6.

Myrtaceae

-

-

-

-

63.      

Kelat putih

Syzygium litoralis

Myrtaceae

-

-

-

-

64.      

Kemap

Strombosia ceilanica

Olataceae

-

-

-

-

65.      

Kempas

Koompassia malaccensis

Fabaceae

Lower Risk

-

-

ENDEMIK

66.      

Kranji

Dialium indum

Leguminosae

-

-

-

-

67.      

Keruing

Dipterocarpus cornutus

Dipterocarpaceae

Critically Endangered A1cd+2cd ver 2.3

-

-

-

68.      

Keniti

Helicia  serrata

 

-

-

-

-

69.      

Kulim/ kayu bawang

Scorodocarpus borneensis

Olacaceae

-

-

-

-

70.      

Kayu simpur

Delenia sp1

Dileniaceae

-

-

-

-

71.      

Leban

Vitex pinnata

Verbenaceae

-

-

-

-

72.      

Mahang

Macaranga conifera

Euphorbiaceae

-

-

-

-

73.      

Mahang gajah

Macaranga gigantea

Euphorbiaceae

-

-

-

-

74.      

Mahang kancil/ putih

Macaranga pruinosa

Euphorbiaceae

-

-

-

-

75.      

Mahoni

Swietenia macrophylia

Meliaceae

-

-

-

-

76.      

Mampat

Cratoxylon sumatranum

Hypericaceae

-

-

-

-

77.      

Mali-mali

Leea indica

Vitaceae

-

-

-

-

78.      

Mangkirai

Shorea laevifolia

 

-

-

-

-

79.      

Medang

Litsea sp.1

Lauraceae

-

-

-

-

80.      

Merpayang

Scaphium macropodum

Malvacae

Least concern ver2.2

-

-

-

81.      

Medang darah

Myristica sp.

Lauraceae

-

-

-

-

82.      

Merkubung

Macaranga gigantea

euphorbiaceae

-

-

-

-

83.      

Medang kunyit

Litsea firma

Lauraceae

-

-

-

-

84.      

Medang labu

Endospermum sp.

Euphorbiaceae

-

-

-

-

85.      

Medang Langit

Litsea sp.5

Lauraceae

-

-

-

-

86.      

Medang pauh

Maclurodendron sp.

Rutaceae

-

-

-

-

87.      

Medang payo

Litsea sp.3

Lauraceae

-

-

-

-

88.      

Medang reso

Litsea sp.6

Lauraceae

-

-

-

-

89.      

Medang siluang

Litsea sp.7

Lauraceae

-

-

-

-

90.      

Medang sirai

Cinnamomum sp.

Lauraceae

-

-

-

-

91.      

Mempening

Lithocarpus lucidus

Fagaceae

-

-

-

-

92.      

Pasak Buni

Eurycoma longifolia

Simaroubaceae

 

-

-

-

93.      

Meranti

Shorea sp1

Dipterocarpaceae

-

-

-

-

94.      

Meranti balau

Shorea sp2

Dipterocarpaceae

-

-

-

-

95.      

Meranti bunga

Shorea teysmaniana

Dipterocarpaceae

EndangeredA1cd ver 2.3

-

-

-

96.      

Meranti kunyit/kuning

Shorea sp3.

Dipterocarpaceae

-

-

-

-

97.      

Meranti payo/rawa

Shorea parvifolia

Dipterocarpaceae

Least concern ver 3.1

-

-

-

98.      

Merawan

Hopea mengerawan

Dipterocarpaceae

Critically Endangered

-

-

-

99.      

Mersawa

Anisoptera costata

Dipterocarpaceae

Endangered

-

-

-

100.   

Merubungan

Callerya sp.

Rutaceae

-

-

-

-

101.   

Muaro kepayang

Scaphium macropodum

Sterculiaceae

Lower Risk

-

-

-

102.   

Pelajau

 

 

 

 

-

 

103.   

Petai

Parkia speciosa

Fabaceae

-

-

-

-

104.   

Petaling

Ochanostachys amentacea

Olataceae

Data Deficient

-

-

-

105.   

Pudu

Artocarpus sp2.

Moraceae

-

-

-

-

106.   

Punak

Tetramerista glabra

Theaceae

-

-

-

-

107.   

Perupuk

Lophopetalum sp

Celastraceae

 

 

 

 

 

108.   

Rambe

Baccaurea sp.

Phyllanthaceae

-

-

-

-

109.   

Rambutan

Nephelium sp.1

Sapindaceae

-

-

-

-

110.   

Rambutan hutan

Nephelium sp.2

Sapindaceae

-

-

-

-

111.   

Ramin

Gonystylus sp.

Thymelaceae

-

App. II

-

-

112.   

Rengas manuk

Melanorrhoea wallichii

Anacardiaceae

-

-

-

-

113.   

Ridan

Nephelium cuspidatum

Sapindaceae

-

-

-

-

114.   

Rukam

Flacourtia rukam

Flacourtiaceae

-

-

-

-

115.   

Saga

Adenanthera sp.

Leguminosae

-

-

-

-

116.   

Samak

Galleria sp.

 

-

-

-

-

117.   

Sarkit

-

-

-

-

-

-

118.   

Sekedi

-

-

-

-

-

-

119.   

Selurah

Mesua hexapetala

Callophyllaceae

-

-

-

-

120.   

Sekubung/merkubung

Macaranga gigantea

Euphorbiaceae

-

-

-

-

121.   

Serian

-

-

-

-

-

-

122.   

Serian kelik

-

-

-

-

-

-

123.   

Setepung

Calicarpa petandra

Lamiaceae

-

-

-

-

124.   

Siluk

Gironniera nervosa

Cannabaceae

-

-

-

-

125.   

Simpur

Dilenia sp1.

Dilleniaceae

-

-

-

-

126.   

Sengkawang

Shorea singkawang

Dipterocarpaceae

Vulnerable A2cd ver 3.1

-

-

-

127.   

Sungkai

Peronema canescens

Verbenaceae

-

-

-

-

128.   

Tampui

Baccaurea dulcis

Phyllanthaceae

-

-

-

-

129.   

Tampunek

Artocarpus rigidus

Moraceae

-

-

-

-

130.   

Tapa/kayu tapa

-

-

-

-

-

-

131.   

Tembalun/sembalun

Parashorea lucida

Dipterocarpaceae

Critically Endangered

-

-

-

132.   

Tembesu

Fagraea fragrans

Loganiaceae

-

-

-

-

133.   

Temeras jantung

Memecylon sp2.

Melastomataceae

-

-

-

-

134.   

Tempinis

Sloetia elongata

Moraceae

-

-

-

-

135.   

Terap

Artocarpus odoratissimus

Moraceae

Near threated under citeria A2c

-

-

-

136.   

Terentang

Campnosperma sp.

Anacardiaceae

-

-

-

-

137.   

Temuntun

-

-

-

-

-

-

Sumber : Laporan  inventarisasi  flora di Kawasan Lindung PT.WKS (UNJA, 2021)

Keterangan : CR (Critically Endangered) = terancam punah, EN (Endangered) = terancam, VU Vulnerable) = rentan, I: appendix I; II: appendix II;

 

Gambar Kegiatan Inventarisasi Flora dan Fauna PT. WKS

 

3. Pengelolaan dan Pemantauan HCV-HCS
Penilaian HCVF di areal PT. WKS sudah dilakukan pada tahun 2014 oleh APCS Konsultan. Dari hasil identifikasi di lapangan dapat diketahui nilai-nilai konservasi yang terdapat atau tidak ada pada kawasan-kawasan hutan yang ada di dalam UM, yaitu :

 

Tabel Hasil  Identifikasi HCV PT. WKS

HCV

Komponen

Ada

Tidak Ada

CV 1.         Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting

1.1.    Kawasan Lindung

 

1.2.    Spesies Dilindungi dan hampir punah

 

1.3.    Kawasan habitat spesies terancam dan dilindungi

 

1.4.    Konsentrasi Temporal Penting

 

CV 2.   Kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami

2.1.    Bentangan hutan

 

2.2.    Kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem

 

2.3.    Kawasan yang berisi populasi yang mampu bertahan hidup

 

CV 3.   Kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah

Kawasan hutan yang merupakan tipe utama ekosistem yang representatif

 

CV 4.   Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami

4.1.    kawasan untuk penyedia air dan pengendalian banjir bagi Maasyarakat Hilir

 

4.2.    Kawasan yang penting untuk pencegah erosi dan sedimentasi

 

4.3.    Kawasan hutan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah kebakaran

 

CV 5.   Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya ; subsisten, kesehatan)

 

 

 

 

 

CV 6.   Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisi masyarakat lokal (kawasan budaya, ekologi, ekonomi dan agama bagi masyarakat  lokal)

 

 

Sumber : Laporan Penilaian NKT Tahun 2014 oleh PT. Asia Pacific Consulting Solutions

 

Sebagai kontribusi penurunan emisi GRK dan untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan berkelanjutan, pada 9 Februari 2013, Asia Pulp and Paper (APP) mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Cosnservation Policy - FCP) yang berkomitmen pada ketiadaan jejak kaki deforestasi pada areal konsesi HTI. Hal ini dicapai dengan tidak mengembangkan perkebunan baru di wilayah yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (HCV), lahan gambut, dan/ atau daerah dengan Stok Karbon Tinggi (HCS).

 

Pada tahun 2013 APP melibatkan The Forest Trust (TFT) untuk melakukan Penilaian HCS di 40 area konsesi HTI di Sumatra dan Kalimantan termasuk PT. WKS didalamnya. Konsesi tersebut mencakup area gabungan sekitar 2,75 juta ha, dan dikelompokkan menjadi 6 wilayah. Ata Marie Group Ltd (Ata Marie) ditugaskan oleh TFT untuk melakukan penilaian.

 

Berdasarkan hasil penilaian HCS sebelumnya kemudian dilakukan pengembangan dengan dibuatkanya plot monitoring PSP HCS dikawasan PT. WKS. Kegiatan monitoring PSP HCS dilakukan berkala setiap tahunnya, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi/data nilai karbon pada masing-masing tutupan lahan area konservasi PT. Wirakarya Sakti yang dilaksanakan secara berkala dan terus menerus dan untuk memantau dinamika vegetasi dan nilai karbon dalam satu tutupan lahan.

 

 

Rekomendasi dari laporan akhir penilaian NKT akan digunakan sebagai salah satu komponen untuk pengembangan Integrated Sustainable Forest Management Plan (ISFMP) yang akan digunakan sebagai pedoman operasional yang baru untuk semua konsesi pemasok kayu APP.Hasil rangkuman eksekutif hasil penilaian PT. Wirakarya Sakti dapat ditemukan pada tautan ini.

 

4. Fire Management
Areal konsesi PT. Wirakarya Sakti terbagi menjadi dua zona yaitu zona Mineral dan zona basah (Gambut). Potensi bahaya kebakaran hutan di areal kerja tergolong besar. Hal ini disebabkan oleh faktor iklim, kondisi lahan, dan faktor sosial. Dari faktor iklim dan kondisi lahan, walaupun secara makro areal kerja beriklim sangat basah, namun secara mikro (harian) memungkinkan kondisi kering yang beturut-turut selama beberapa hari. Hal ini cukup untuk membuat serasah dan gambut bagian atas untuk kering dan mudah terbakar.

 

Dari segi sosial, masyarakat yang sebagian diantaranya masih menerapkan sistem pembakaran untuk membuka lahan pada musim kemarau juga membawa potensi kebakaran. Potensi ini menjadi lebih besar lagi karena terdapat bagian areal hutan tanaman yang berbatasan langsung dengan lahan masyarakat. Oleh sebab itu, PT. Wirakarya Sakti melakukan pendekatan-pendekatan secara sosial maupun secara teknis dilapangan.

 

PT. Wirakarya Sakti memiliki Komitmen yang sangat serius terkait Kebakaran Hutan dan lahan, baik itu kebakaran yang terjadi didalam kawasan konsesi atau pun diluar kawasan konsesi yang diimplementasikan dalam sebuah Kebijakan Tanpa bakar atau No Burn Policy sebagai berikut:
Untuk mendukung pengelolaan hutan lestari maka ditetapkan:

  1. Kami sangat tegas menerapkan kebijakan tanpa bakar dan mematuhi peraturan pemerintah yang berlaku.
  2. Kami tidak pernah memulai pembakaran dan berkosentrasi penuh dalam menjaga dan melawan pembakaran lahan oleh pihak-pihak lain.
  3. Kami fokus terhadap perlindungan aset tanaman kami yang sangat bernilai, yang sangat penting untuk kelestarian bisnis jangka panjang kami.
  4. Pembakaran dengan sangat tegas dilarang pada seluruh kegiatan operasional yang dicantumkan dalam standar prosedur operasional perusahaan.
  5. Kami menggunakan sarana dan prasarana pemadam kebakaran untuk membantu pemerintah daerah dan desa-desa di sekitar area konsesi.

 

 

Selain dari kebijakan tersebut, untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan disekitar wilayah konsesinya, ASIA PULP & PAPER (APP) dan Sinarmas Forestry merancang sebuah sistem terintegrasi yang disebut dengan Integreted Fire Management (IFM). Terdapat 4 pilar utama dalam IFM ini, yaitu:

 

1. Pencegahan

Prevention atau pencegahan adalah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali suatu tindakan atau aksi yang bisa menimbulkan kebakaran. Program prevention ataupun mitigasi kemudian disusun dengan skala prioritas berdasarkan tingkat kerawanan di masing masing area sebagai berikut :

  1. Kegiatan Penyadartahuan

Semua upaya untuk meningkatkan kesadaran pada setiap orang yang ada dalam operasional perusahaan dan juga masyarakat sekitar konsesi akan pentingnya tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Kegiatan utama adalah melakukan sosialisasi baik yang dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung seperti   kampanye, penyuluhan, pemasangan poster, banner, seminar, ceramah, dll.

  1. CBFiM (Community Base Fire Management)

Ada banyak elemen masyarakat yang berada di sekitar perusahaan, baik yang berkatifitas dibidang pertanian, perkebunan, dll. Semua kegiatan yang dilakukan akan memberikan dampak terhadap pengelolaan kebakaran hutan dan lahan yang ada. Community Base Fire Management CBFiM adalah salah satu pendekatan Pengelolaan Kebakaran Berbasis Masyarakat (PKBM) yang diutamakan lebih kepada upaya-upaya pencegahan. CBFiM bukan lembaga atau organisasi melainkan metode pendekatan dengan mengunakan lembaga-lembaga yang ada di desa masing-masing, seperti MPA, lembaga Adat, dan atau lembaga pemerintahaan, bagaimana upaya –upaya pencegahan melekat pada semua kegiatan masyarakat terutama yang bekerja langsung berkaitan dengan pemanfaatan lahan.  Kegiatan –kegiatan pencegahan melalui CBFiM masuk di semua aktifitas termasuk didalamnya penyadartahuan, keteknikan, dan penegakan hukum.

  1. Masyarakat Peduli Api (MPA)

Sebagaimana di atur dalam Perdirjen Pengendalian Perubahan Iklim No. P.3/PPI/SET/KUM.1/I/2018 tentang Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api dan Mengikut sertakan masyarakat sekitar konsesi HTI untuk melakukan patroli sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

  1. Program Sosial

Pendekatan kepada masyarakat di daerah-daerah rawan kebakaran melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dengan pemetaan sosial dan penilaian langsung di lapangan, setiap program yang dilaksanakan merupakan pilihan terbaik yang diutamakan agar dapat mengurangi munculnya titik api di setiap kelompok masyarakat yang ada. Inti dari kegiatan ini adalah dimana masyarakat tetap mendapatkan income atau penghasilan secara berkelanjutan dengan berbagai macam upaya atau usaha di musim kering atau kemarau yang tidak beresiko menimbulkan kebakaran.

  1. Keteknikan (Rekayasa Lingkungan)

Melakukan rekayasa lingkungan agar dapat menghambat laju penyebaran api dan memudahkan dalam penanggulangan kejadian kebakaran seperti :

    • Sekat bakar
    • Green belt
    • Membangun kanal bloking di seluruh operasional yang memiliki jenis lahan gambut yang bertujuan untuk mempertahankan level permukaan air (Water table) untuk mengurangi resiko kebakaran
    • Memastikan Ketersediaan air yang cukup saat dibutuhkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan
    • Tersedianya akses jalan
  1. Posko Pencegahan Karhutla

Penempatan personil gabungan  yang ditempatkan diwilayah rawan kebakaran pada saat musim kemarau berdasarkan analisa dan prediksi BMKG.


2. Persiapan

  1. Personil

Personil disediakan cukup sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah dalam peraturan menteri kehutanan dan lingkungan hidup No. 32 tahun 2016.

  1. Peralatan

Sesuai dengan peraturan Permenlhk No. 32 tahun 2016, maka peralatan harus dilengkapi, dirawat dan dijaga agar siap dioperasikan setiap saat. Jumlah dan Type peralatan yang diwajibkan bisa dilihat di peraturan terkait, antara lain;

    • Peralatan Mekanis
      Peralatan mekanis adalah peralatan mesin pompa bertekanan tinggi yang digunakan dalam operasi pemadaman kebakaran.
    • Peralatan Tangan
      Peralatan manual yang dapat digunakan untuk pemadaman api api kecil atau ditempat tempat yang sulit atau tidak ada air. Seperti Sekop, garu, cangkul, pemukul api, kapak dua sisi, pompa punggung, jet shooter dan lain lain.
    • Peralatan Pendukung

Peralatan yang fungsinya untuk mendukung berjalannya operasional pengendalian kebakaran hutan dan lahan, seperti kompas, teropong, GPS, alat komunikasi, dll.

  1. Program Pelatihan
    • Setiap RPK memiliki pengetahuan yang cukup berhubungan dengan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
    • Setiap RPK memiliki ketrampilan yang mumpuni untuk mengimplementasikan system atau teknik pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
    • Setiap RPK memiliki kemampuan fisik diatas rata rata dari karyawan pada umumnya dan mampu bertahan dalam waktu yang panjang dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
    • Setiap RPK memiliki sikap dan mental yang bagus untuk menunjang operasi dilapangan.
  1. Incident Command System (ICS)

Merupakan perangkat/sistem yang mengatur garis komando, perencanaan, operasi, logistik, dan administrasi dalam sebuah situasi darurat.

  1. Pemetaan Jalur Patroli

Intensitas patroli disesuaikan dengan informasi tentang potensi kebakaran dari situation room dan panduan FDRS dari gabungan data cuaca, angin, dan kelembaban udara.

 

3. Deteksi Dini

  1. Situation Room

Ruang kontrol yang melakukan deteksi dini kebakaran secara real time 24 jam non-stop diwilayah konsesi SMF Group melalui pengolahan data dari citra satelit yang diverifikasi oleh petugas lapangan.

  1. Deteksi Wilayah Kebakaran

Deteksi dilakukan oleh setiap distrik diwilayah konsesi berdasarkan informasi yang disampaikan dari Situation Room, Hal ini untuk memastikan apakah hotspot tersebut adalah titik apai atau bukan, maka petugas mengecek langsung kelapangan.

  1. Citra Thermal

Alat ini digunakan untuk mendeteksi titik titik api dilahan gambut, bekerja dengan menangkap perbedaan suhu ekstrim dipermukan tanah, begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data real yang kemudian disatukan dalam petak konsesi sehingga lokasi titik api akan langsung terlihat disistem.

  1. Automathic Weather Station (AWS)

Sistem Pemantau Fire Dangers Rating System (FDRS) dan Soil Moisture Sensor untuk Deteksi Dini Bahaya ‘Smouldering’ Gambut Bawah Permukaan di Kawasan HTI. Sistem ini dibangun dalam rangka upaya deteksi dini yang menghasilkan informasi terkini yang tepat dan akurat sehingga dapat dilakukan tindakan kesiap-siagaan yang efektif, efisien, dan tepat sasaran ketika menghadapi ancaman bahaya terjadinya smouldering mega peat fire.

  1. Closed Circuit Television (CCTV)

System komputer yang menggunakan kamera untuk memantau wilayah sekitar (Sesuai Range dan Visibility Kamera) sebagai upaya deteksi dini monitoring karhutla.

  1. Menara Api

Mendeteksi dari menara adalah melihat dan memantau setiap munculnya asap saat masih kecil dan melaporkan lokasi asap dengan memberikan informasi asap ke Situation Room antara lain; sudut kompas asap dari titik tengah lantai menara, kondisi asap (ketebalan, warna, arah tertiup angin).

  1. Pemantauan dari Ketinggian

Dilakukan melalui patroli udara dan pemantauan dengan menggunakan drone.

 

4. Respon Cepat

  1. Komando dan Kontrol

Manajemen terpadu dalam menghadapi situasi darurat dari mulai pihak situation room, logistik peralatan, petugas RPK dilapangan, semua bergerak mengikuti garis komando yang telah ditetapkan.

  1. Regu Pengendali Kebakaran (RPK)

Tim RPK secara intensif akan melakukan upaya pemadaman secara bergantian tanpa mengenal libur,  Jika lokasi sulit dijangkau melalui jalan darat, akan dikirimkan tim pemadam kebakaran menggunakan helikopter.

  1. Helitack Team

Tim Heli atau disebut Tim Reaksi Cepat (TRC) yang melekat dengan Helikopter bertugas melakukan Patroli melalui Udara dan melakukan upaya pemadaman awal (Innitial Attack) setiap hasil temuan kebakaran dilapangan.

  1. Helikopter Water-bombing

Pemadaman api yang dilakukan menggunakan helicopter. Water-booming diterapkan untuk menjangkau wilayah yang lebih sulit secara geografis.